Tim “NIKITANI.ID” Polines, Pejuang Gak Kenal Pendemi
Adanya Corona Virus Deseases 2019 (Covid-19) yang berlangsung sejak bulan Maret lalu berdampak secara luas pada kehidupan sosial masyarakat. Namun, situasi di masa pandemi seperti ini tak menghalangi mahasiswa Politeknik Negeri Semarang (Polines) untuk tetap menorehkan pretasi. Pasalnya, tiga mahasiswa Polines Jurusan Teknik Elektro yang tergabung dalam Tim “NIKITANI.ID“, berhasil lolos 10 besar pada ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Aosisasi IoT (Internet of Things) Indonesia atau yang disebut dengan Kompetisi IoT Makers Creation 2020.
Ajang bergengsi ini adalah event tahunan pengusulan proposal sekaligus pengiriman video implementasi alat dalam kancah bisnis sebagai bentuk kolaborasi Asosiasi IoT Indonesia dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika yang sekaligus didukung oleh PT XL Axiata, PT Tower Bersama, dan PT Alita Praya Mitra.
Dari total 54 kelompok pengusul proposal IoT Makers Creation 2020, Tim “NIKITANI.ID” yang diketuai oleh Ahmad Nasrul Arif, mahasiswa program studi Teknik Informatika dengan dibantu oleh dua anggotanya yaitu A. Nur Fatkhul Cholbi (Teknik Listrik) dan Amanda Oktaviani (Teknik Elektronika) ini berhasil menciptakan sebuah solusi IoT yang diberi nama “CI-SMICT” (Chili Plant Smart Monitoring and Controlling) pada budidaya tanaman cabai dalam upaya meningkatkan produktivitas Petani Cabai Magelang di era pandemi dan berhasil lolos serta menyisihkan 9 kelompok yang tergabung dalam finalis 10 besar penyabet Juara IoT Makers Creation 2020.
Alat CI-SMICT ini diadopsi dari Tugas Akhir (TA) milik Nasrul Arif. Dibantu oleh dua orang anggotanya, mereka mencoba mengkolaborasikan sistem dari Raspberry Pi dan Android dengan menampilkan data monitoring kondisi tanaman cabai pada layar LCD dan juga aplikasi pada sebuah smartphone. Sistem CI-SMICT yang ditawarkan ini lebih efektif dan efisien karena dapat melakukan monitoring dan controlling kondisi tanaman cabai secara real time sebagai bagian dari upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 dengan tetap produktif di rumah saja. CI-SMICT ini juga dilengkapi dengan empat air penyiraman berbeda yang di dalamnya terdapat jenis air anti-hama sebagai pengalihan penggunaan pestisida yang sudah overload, sehingga diharapkan dengan alat CI-SMICT ini dapat meningkatkan produktivitas hasil panen cabai.
Meskipun belum berhasil menduduki peringkat 3 besar dalam kompetisi ini, namun lolos 10 besar sudah menjadi kebanggaan tersendiri bagi penggila IoT di kalangan mahasiswa. Pasalnya, bukan semangat yang berkurang, tetapi dengan bermodal pengalaman di tahun ini menjadikan peluang besar bagi mereka untuk mengembangkannya dan bakal mengikutsertakan kembali dalam ajang IoT Makers Creation tahun selanjutnya.